Senin, 29 Agustus 2011

Ku akan Merindukanmu



Teringat saat subuh waktu itu.
Teringat saat surat itu kuterima dan kubuka.
Dialamatkan padaku.
Dari yang mencintaimu, begitu yang tertera di surat itu...

Aku datang.
Aku datang ke Makassar, hari ini, khusus untukmu.
Aku ingin kau menjemputku.
Aku ingin kau menemaniku, menghabiskan waktu bersama.
Begitu yang engkau goreskan dalam surat itu..


Aku pun langsung beranjak dari tidurku yang lelap.
Melompat dari kasurku yang nyaman, kegirangan bak anak kecil...
Tak kuasa kubendung luapan rasa bahagia ini.
Tak mampu kugoreskan dengan pena, melukiskan perasaanku saat itu.

Bahagia...
Betul-betul bahagia...

Kini, sudah sebulan sejak kuterima surat itu.
Kini, sudah sebulan kita menghabiskan waktu bersama.
Membuatkan anak jalanan es buah untuk santapan berbuka mereka...
Memberi sarung kepada seorang nenek, yang dengan sangat terpaksa harus menjadikan fly over sebagai atap rumahnya...
Menjalin dan mempererat silaturahmi dengan teman-temanku..
Membantu sang ibu hamil itu menyeberang jalan, bersama dengan anaknya yang usianya masih sekitar 5 tahun..

Tanpa kusadari, kini kau harus kembali...
Tanpa kusadari, kini kau harus pergi...

Ramadhanku..
Aku tahu, engkau datang padaku karena engkau diminta olehNYA.
Namun, aku tak tahu apa sebulan ini aku telah membahagiakanmu, juga diriNYA..
Ramadhanku..
Aku tahu, telah sebulan kita menghabiskan waktu bersama..
Namun, aku tak tahu apa telah menemanimu dengan ikhlas?
Namun, aku tak tahu apa telah memanjakanmu dengan yang terbaik yang aku bisa?
Ramadhanku..
Begitu berat untuk melepaskanmu pergi...
Begitu ingin ku memilikimu selamanya, disini, bersamaku...

Namun, ku tahu engkau tidak bisa..
Ku tahu IA tidak mengizinkanmu..
Namun, izinkan aku menyampaikan padamu, bahwa:
engkau adalah anugerah terindah untukku..
engkau adalah hal terbaik yang kudapatkan di tahun ini
pelajaran yang engkau berikan padaku di waktu yang singkat ini akan kuingat selamanya... akan ku amalkan dengan segenap kemampuanku...


Di saat yang sama pula, ku ingin meminta sesuatu padamu.
Saat nanti engkau telah bertemu denganNYA, maukah engkau menyampaikan sesuatu padaNYA.
Sampaikan padaNYA, ku sangat mencintaimu...
Sampaikan padaNYA, ku ingin IA mempertemukanku denganmu lagi tahun depan...

Kini, di kotak berukuran 4 x 5 meter ini ku hanya bisa menangisi kepergianmu.
Kini, di kamar ini, aku akan menunggumu.
Dengan setia...


@p
-10.44, di kamarku yang sunyi... merindumu Ramadhan-

Minggu, 28 Agustus 2011

Nanti saja ya...




Pernahkah kita berhenti sejenak, mengevaluasi sikap takut untuk bertindak yang terkadang hinggap di diri kita? Biasanya sih.... Yang seperti ini akan berjalan beriringan dengan alasan-alasan yang begitu mudahnya timbul di pikiran, lalu dapat kita pakai sebagai tameng kalau sewaktu-waktu ada yang mempertanyakan itu kepada kita. (pengalaman pribadi juga sih...).

"OK. Hari ini sepertinya saya harus memutuskan apa akan melanjutkan pekerjaan ini dengan berbagai ketidak efektifan yang sementara kurasakan atau meninggalkannya, tapi dengan resiko mendapatkan senyum sinis, atau bahkan cekikikan di belakang?"

Tetapi sayangnya kita malah menunda keputusan itu. Dengan alasan yang secara massal digunakan oleh orang-orang lain, "ah, besok saja. Sepertinya besok adalah waktu yang paling tepat".

Dan coba tebak apa yang terjadi besoknya?? ternyata alasan yang sama tiba-tiba terasa pas untuk hari ini juga. Hahahaha... Taukah kita apa yang sedang terjadi? Ataukah apa kita mengerti, dan benar-benar mengerti apa yang sedang terjadi?
Apakah ada yang mengenal si Feynman, pemenang nobel fisika tahun 1965? Salah satu ilmuwan yang memiliki kontribusi besar di bidang Fisika. Dia pernah bilang begini:

Prinsip pertama adalah bahwa anda tidak boleh membodohi diri sendiri, walau diri sendiri itulah yang paling mudah dibohongi

Ya! Itulah sebenarnya yang terjadi pada diri kita. Kita harus tahu, keputusan apa yang harus diambil dengan sesegera mungkin. Jangan biarkan ketakutan kita menjadi penghalang, bahkan yang parah adalah ketika kita tidak tahu dan tidak bisa mendefenisikan apa yang sedang menghalangi.

Umumnya masing-masing dari kita memiliki daftar penundaan sendiri. Lengkap dengan sederetan alasan-alasannya. Hehe..
Berdasarkan pengalaman pribadi itu pula saya mengajak, Yuukk.. sekarang mari kita coba mengevaluasi daftar tundaan itu, dan mari bergerak tuk melakukan tindakan nyata!!

So, lekas beranjak dan buat perubahan
Karena jika tak berubah, kita kan punah..

@p

Sabtu, 27 Agustus 2011

Buka Puasa di Rumah Pipi Fitriyani


Hari ini, petualangan lain bersama para bloofer dimulai lagi.
Saya, bersama teman-teman bloofer lainnya, diundang menuju Maros, ke rumah salah satu bloofer, Pipi Fitriyani untuk memenuhi undangan buka puasa bersama di sana. Maros adalah distrik lain di wilayah Sulawesi Selatan, terletak sekitar 30 km atau 1 jam perjalanan dari kota makassar. Maros terkenal dengan obyek wisata Bantimurung dan Gua Leang - Leang nya.

Petualangan pun dimulai dari sms yang menyebar, menanyakan kesediaan untuk menghadiri acara itu. Kesepakatan pun tercapai. Siapa saja yang hendak ikut, diharapkan untuk berkumpul di Gedung Ipteks,salah satu gedung di Universitas Hasanuddin pada pukul 16.00 sore. Singkat cerita, sudah terkumpul 5 orang. Kami pun berangkat. Perjalanan kami tempuh menggunakan motor. Dimulai dari kampus Unhas hingga ke tempat tujuan, ada beberapa kejadian kecil yang membuat kami berceloteh. Membuat kami tersenyum dalam simpul kebersamaan. Tipikal ala bloofer. ^^

Kejadian kecil pertama dimulai ketika kami hendak keluar dari kampus Unhas. Motor yang dikendarai Atun, ban belakangnya tiba-tiba kempes (motornya siapa yah itu..? Norak banget. Pakai acara kempes lagi.. ^^). Kami pun singgah sejenak di bengkel di tepi jalan, mengisi angin. Setelah berunding apakah setelah ini ban akan kempes lagi atau tidak, kami pun berangkat dengan anggapan ban tak akan kempes lagi. Kalaupun kempes, nanti singgah lagi di bengkel terdekat. Hehe..

Ternyata ban motornya memang ada yg bocor. Kok aneh? Padahal sewaktu saya pakai dari rumah sampai ke kampus, tidak apa-apa kok. Sy curiga penumpangnya yang sekarang (tau siapa kan) sedikit "kelebihan" berat. Akhirnya kami singgah lagi ke bengkel di tepi jalan. Di bengkel itu, berbagai macam cerita pun menyeruak. Mulai dari cerita akan pengalaman seberapa jauh kami pernah mengendarai motor. Dan sy terkejut, ternyata si Atun sudah pernah naik motor hingga ke Sulawesi Barat. Waaah.. Salut saya sama si tukang heboh ini. Tapi, masih belum mengalahkan rekorku yang pernah mengendarai motor hingga melewati Majenne. Hehehe...
Cerita lainnya adalah pengalaman menabrak akibat mengetik sms sambil mengendarai motor. Nah, ini pengalamanku.. Pernah suatu hari, sepulang dari kuliah, saya mendapat sebuah sms. Tiit.. Tiiittt.. Karena waktu itu sementara mengendarai motor dan malas untuk menepi, saya pun membuka pesan itu, lalu mengetik untuk membalasnya. Namun, apa yang terjadi kemudian? Saya menabrak mobil yang sedang parkir di tepi jalan. Tak sadar ternyata motor yang ku kendarai telah miring sekitar 5 derajar dari jalurnya yang seharusnya. Sejak saat itu pula, saya mendeklarasikan untuk tidak lagi menerima aktivitas handphone saat sedang mengendarai motor.
Dan ternyata si Atun punya bakat paparazzi lho. Buktinya foto ini diambil tanpa sepengetahuanku sama sekali. (Paling Atun bilang: Aaahh... alasan buat pamer foto sendirii..).



Lanjuuuuuttt....
Perjalanan pun kami tempuh kembali. Melewati area Daya yang gersang hingga melewati kawasan Bandara Sultan Hasanuddin yang macetnya bukan main. Karena lampu lalu lintas yang tidak berfungsi dengan baik, arus kendaraan pun tidak teratur. Untuk melewati kemacetan yang ada, kami terpaksa menggunakan "jurus liukan ular", meliuk-liukkan motor melewati kerumunan kemacetan. Ternyata, Atun masih menjadi tokoh utama cerita kita kali ini. Jurus "tarian kendaraan" (kata si Uty) milik Atun memang luar biasa!. Dengan mudah dia melewati kendaraan-kendaraan yang menghalangi di depannya. Kami memacu kendaraan, menuju pintu gerbang perbatasan antara Kota Maros dan Kota Makassar. Setibanya di sana, kami pun menepi, dengan maksud menunggu teman bloofer lain, Muhaimin.

Muhaimin pun tiba. Perjalanan kami lanjutkan kembali. Melewati area pertokoan... Melewati kawasan bandara yang lama... Hingga melewati kawasan persawahan, yang alhamdulillah masih ada di tengah maraknya pembangunan di kota ini (soalnya kalo sudah tidak ada sawah, kita makan apa dooong ^^). Saya berhasil merekam momen-momen perjalanan kami tersebut.





Nah, singkat cerita, kami sudah tiba di Maros, di rumahnya Pipi. Masih sempatkan diri foto2 dulu.. Ckckck..


Lanjuuuutt...
Kami pun masuk ke rumah Pipi. Duduk, lalu menyantap hidangan es melon yang sudah tidak sabar menunggu kedatangan kami. Segarnyaaaaa.... Setelah itu, shalat magrib di mesjid, lalu dilanjut dengan makan malam. Kami, cowok-cowoknya makan di luar, karena di dalam sudah terlalu ramai. Alhasil, makan di luar terasa seperti di Bone. Soalnya kami makan dengan anak-anak muda yang semuanya berlogat Bugis. Hehehe.. Sesudah makan, kami pun masuk ke dalam rumah. Ternyata di dalam, teman-teman cewek pada belum makan. Ternyata mereka menunggu kami, supaya bisa menyantap makanan bersama-sama. Waaah... Ngga enak deh ma mereka.. ^^

Lanjuuuuuttt...
Pada saat teman-teman cewek pada sibuk mengunyah, bloofer lainnya, Latifah datang juga berkunjung. Namun kali ini dia tidak sendiri. Dia bersama seorang reporter Metro TV dari Jakarta, namanya mas Iqbal. Lalu seorang wanita dari London, namanya LUPA.. Oh iya, Herpreet. Nama yang unik bukan? Kami pun bercerita, berbagi satu sama lain. Mau tau cerita yang lucu?

Pada saat itu, miss Herpreet bercerita tentang sesuatu. Hanya saya dan Muhaimin yang memperhatikan. Kami mangguk-mangguk saja, seraya melempar senyuman kepada Miss Herpreet, walaupun hanya mengerti sedikit akan apa yang ia ucapkan. Hahaha.

Mas Iqbal sempat cerita dengan Muhaimin. Tidak tau tentang apa, soalnya saya sibuk memperhatikan Atun dan Yuni yang menghabiskan semangka mereka, dengan maksud kulit semangka itu nantinya mereka jadikan sebagai bahan untuk berfoto. Kulit semangka yang berbentuk senyuman... Setelah itu, tau apa yang mas Iqbal bilang ke kami? Muhaimin ini mirip dengan pemain keyboardnya Nidji ya? serentak pandangan kami semua beralih ke Muhaimin, memperhatikan dengan seksama. Ternyata mas Iqbal betul. Mirip sekali.  Waaah... Alhamdulillah ya.. Teman kita mirip Randy Nidji.




Cerita lucu yang lain adalah saat Miss Herpreet dipersilahkan masuk ke ruang makan untuk mencicipi hidangan. Kebetulan karena saya duduk menghadap ruang makan, saya bisa mengetahui semua kejadian di sana. Kejadian lucunya itu saat tante teman kami Pipi memanggil Miss Herpreet. Tau apa yang beliau bilang?? "Wei...! Wei...!" lengkap dengan lambaian tangannya yang seakan-akan memanggil anaknya sendiri, sembari menjelaskan kepada Miss Herpreet, "Ini namanya Ayyem..!" lengkap dengan adegan beliau mengangkat potongan paha ayam. Saat saya menceritakan ini, spontan mereka semua tertawa terbahak-bahak. Hahahaha...

Setelah makan, kami lanjut pada acara "menginterogasi" Miss Herpreet. Berbagai macam pertanyaan kami lontarkan untuk mengetahui apa saja yang berhubungan dengan dirinya, tujuan dirinya di Makassar, dimana ia tinggal, serta tempat-tempat di Indonesia yang pernah ia kunjungi. Setelah semua terlihat capai, kami pun memutuskan untuk segera mengakhiri kegaduhan kami malam itu. Kami pun meminta izin Pipi dan keluarganya tuk kembali pulang ke makassar, sekitar pukul setengah 9 malam.

Itulah sekilas cerita saya hari itu.
Beribu-ribu ucapan terima kasih kami haturkan kepada Pipi dan keluarga yang memperbolehkan kami datang ke rumahnya dan membuat gaduh.
Beribu-ribu ucapan rasa syukur kami ucapkan atas nikmat yang kami dapatkan hari ini. Makanan dan juga kesempatan untuk berkumpul bersama bloofer. ^^


Pesan: 
Teman-teman, perdalam Bahasa Inggris yuuuk.
Supaya wawasan kita bertambah luas.
Supaya banyak yang bisa kita tinggalkan untuk menginspirasi orang lain.

Karena kita adalah Bloofers.

Kehangatan dan Kelembutan tuk hari yang lebih baik



Sebuah kisah:

Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan.
Mereka menemukan seekor kura-kura.
Anak itu mengambilnya dan mengamatinya.
Kura-kura itu segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya.
Si anak mencoba membukanya secara paksa.

“Cara demikian tidak pernah akan berhasil, nak!” kata kakek,
“Saya akan mencoba mengajarimu.”
Mereka pulang.
Sang Kakek meletakkan kura-kura di dekat perapian.
 Beberapa menit kemudian, kura-kura itu mengeluarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit.
 Ia mulai merangkak bergerak mendekati si anak.

“Janganlah mencoba memaksa melakukan segala sesuatu, nak!” nasihat kakek,
“Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya.”

Mari, titipkan kehangatan dan keramahan di setiap aktivitas yg kita jalankan hari ini.
Jalankan dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan hati.
Setelah itu, mari berhenti sejenak untuk memaknai..
Menggantungkan doa dan harapan pada Sang Pemilik Harapan.
Semoga hari ini, adalah lebih baik dari hari kemarin.

Mimpimu, mimpi buah hatimu



Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu,
saat kau membacakan baris-baris kasih sayang kepada buah hatimu.
Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku,
hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu.

Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini.
Seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu.
Coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan,
kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah,
merasuki tulang-tulang tuamu...

Adakah aku akan melihat orang tuaku, sebahagia lantunan nyanyian hati mereka,
yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia?
Aku merenung, menggores bayangan butiran air matamu,
yang terdorong keluar oleh kebahagiaan.
Aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku,
yang tak sanggup menahan keharuan.
Menuntut jalan keluar,
mungkin hendak berteman dengan air matamu.


10.08, pagi yang cerah, merenung tuk mewujudkan mimpi ayah dan ibu memijakkan kaki di Masjidil Haram..

@p


Izinkan ku menjemputmu..








Ku ingin bercerita, ku sedang memandang awan, saat tiba-tiba terlintas dirimu di benakku.
Apa kabarmu di sana bidadariku?

Ku yakin dirimu baik-baik saja saat ini.
Ku yakin dirimu sedang menyusun rencana masa depan, sama sepertiku.
Ku yakin dirimu sedang melakukan hal-hal hebat saat ini.

Betapa ku menanti saat-saat itu...
Saat mungkin kita sudah berkacamata, di teras belakang memandang awan, sembari bercerita jejak-jejak kisah yang sudah kita tinggalkan.
Betapa ku menanti saat-saat itu..
Saat darimu, dititipkan pada kita si mungil yang nantinya akan menjadi penerang keluarga kita.\
Betapa ku menanti saat-saat itu...
Saat ku genggam tanganmu, menyeberang jalan, mengantar anak kita menuju sekolahnya.
Betapa ku menanti saat-saat itu...
Saat kita bergantian menopang tatkala diri kita masing-masing hendak terjatuh dalam perjalanan hidup ini.

Saat ini, mungkin kita terpisah ruang dan waktu.
Saat ini, mungkin ku hanya bisa membayangkan memandang awan bersama denganmu.
Namun, sudah kutitipkan asaku padaNYA.
Kubiarkan IA yang menyusun skenario pertemuan kita.

Perlahan namun pasti, izinkan aku menjemputmu..

@p


Jumat, 26 Agustus 2011

My Interior Works

















Semangat tuk Sahabatku







sahabatku………
seberat apapun masalahmu
sekelam apapun beban hidupmu
jangan pernah berlari darinya
ataupun bersembunyi
agar kau tak akan bertemu dengannya
atau agar kau bisa menghindar darinya
karena sahabat…..
seberapa jauhpun kau berlari
dan sedalam apapun kau bersembunyi
dia pasti akan menemuimu
dalam sebuah episode kehidupanmu
sahabatku……
alangkah indahnya bila kau temui ia dengan dada yang lapang
persilahkan ia masuk dalam bersihnya rumah hati
dan mengkilapnya lantai nuranimu
hadapi ia dengan senyum seterang mentari pagi
ajak ia untuk menikmati hangatnya teh kesabaran
ditambah sedikit penganan keteguhan
sahabat…….
dengan begitu
sepulangnya ia dari rumahmu
akan kau dapati
dirimu menjadi sosok yang tegar
dalam semua keadaan
dan kau pun akan mampu dan lebih berani
untuk melewati lagi deraan kehidupan
dan yakinlah sahabat……..
engkaupun akan semakin bisa bertahan
kala badai cobaan itu menghantam